PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENULIS CERPEN
DENGAN STRATEGI COPY THE MASTER MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL
PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 DAMPIT
Anis Widyastuti
Abstrak: Menulis cerpen adalah
kompetensi dasar yang harus diajarkan di SMP. Penelitian ini didasarkan pada
rendahnya kemampuan siswa SMP Negeri 2 Dampit dalam menulis cerpen. Hal ini
disebabkan karena ketidakefektifan pembelajaran. Ketidakefektifan pembelajaran
ini bisa disebabkan karena pemilihan strategi dan media yang tidak tepat dalam
pembelajaran menulis cerpen. Strategi copy the master melalui media audiovisual
dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran menulis cerpen karena strategi
ini memberikan ide kepada siswa untuk menemukan dan memulai kegiatan menulis
cerpen. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan
pembelajaran menulis cerpen. Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi
dapat dilihat dari peningkatan proses dan hasil pembelajaran menulis cerpen.
Kata kunci: menulis cerpen, strategi copy
the master, media, audiovisual
PENDAHULUAN
Pembelajaran menulis cerita pendek
(cerpen) penting bagi siswa sekolah menengah pertama, karena cerpen dapat
dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Menurut
Widyamartaya (2005:102) menulis cerpen ialah menulis tentang sebuah peristiwa
atau kejadian pokok. Selain itu, menurut Widyamartaya (2005:96) menulis cerpen
merupakan dunia alternatif pengarang. Sedangkan Sumardjo (2001:84) berpendapat
bahwa menulis cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen
merupakan seni/keterampilan menyajikan cerita tentang sebuah peristiwa atau
kejadian pokok yang dapat dijadikan sebagai dunia alternatif pengarang.
Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama. Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian siswa yang lain masih belum mampu menulis cerpen dengan baik. Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya minat menulis siswa. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Badudu (dalam Suyono, 2004:5) bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah ditandai dengan (1) frekuensi kegiatan menulis yang dilakukan oleh siswa sangat rendah, (2) kualitas karya tulis siswa sangat buruk, (3) rendahnya antusiasme dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dan pembelajaran menulis pada khususnya, dan (4) rendahnya kreativitas belajara siswa pada saat kegiatan belajar-mengajar menulis.
Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama. Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian siswa yang lain masih belum mampu menulis cerpen dengan baik. Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya minat menulis siswa. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Badudu (dalam Suyono, 2004:5) bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah ditandai dengan (1) frekuensi kegiatan menulis yang dilakukan oleh siswa sangat rendah, (2) kualitas karya tulis siswa sangat buruk, (3) rendahnya antusiasme dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dan pembelajaran menulis pada khususnya, dan (4) rendahnya kreativitas belajara siswa pada saat kegiatan belajar-mengajar menulis.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan di SMP Negeri 2
Dampit diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerpen masih
rendah. Siswa mengalami kesulitan menuangkan pikiran dan perasaannya dalam
bentuk cerpen. Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan keterampilannya menulis cerpen.
Hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang
digunakan dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema,
dan kurang dapat mengembangkan ide. Proses belajar mengajar Bahasa dan Sastra
Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan
semata-mata sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis
kurang dapat perhatian. Ide, gagasan, pikiran, dan perasaan mereka berlalu begitu saja, tidak diungkapkan khususnya dalam
bentuk karya sastra.
Selama
ini guru kurang memberi respon terhadap
pelajaran menulis cerpen sehingga sering dilewati tidak memanfaatkan media yang tersedia, kurang
kreatif dalam mengembangkan potensi diri para siswa. Padahal seharusnya pembelajaran
menulis cerpen harus mendapat porsi yang cukup karena banyak unsur-unsur yang
perlu diketahui dan diajarkan secara terperinci agar siswa lebih mudah memahaminya. Guru hendaknya dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan dan secara kreatif menggunakan sarana dan
media yang ada untuk menarik minat
siswa, menghargai hasil karya siswa dengan
memberikan penilaian dan pujian seperlunya, menggunakan bermacam-macam
metode secara bervariasi sehingga tujuan
dapat tercapai dengan baik.
Keterampilan
menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini
menggunakan
metode konvensional. Peran guru amat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa
kurang aktif sehingga menimbulkan
kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang
dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena
bahasa yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang
bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari
kesesuaian isi cerpen dengan tema, pengembangan topik, dan diksi yang belum
mendapat perhatian dari siswa.
Guru
sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang akan dibahas dengan metode dan
media yang tepat dan menarik. Hal tersebut
akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Faktor
lain yang menyebabkan rendahnya
keinginan siswa menulis cerpen ialah media yang digunakan dalam pembelajaran
menulis cerpen karena selama ini guru hanya memberikan penjelasan cara-cara
menulis cerpen secara teori tanpa adanya media yang digunakan untuk mendukung
serta menarik perhatian siswa yang sebenarnya sangat penting disuguhkan untuk
meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi siswa dalam mengungkapkan perasaan
ide-ide yang sebenarnya ada dalam potensi setiap siswa hingga dapat memudahkan
mereka untuk bercerita yang akan dituangkan atau disajikan dalam bentuk tulisan yang nantinya bisa menjadi rangkaian
kata-kata yang sangat indah meski
relatif pendek.
Untuk itu perlu adanya upaya untuk
mengatasi kondisi tersebut. Guru diharapkan dapat memilih metode yang lebih
menekankan pada pembelajaran langsung yang lebih konkret, sehingga kemampuan
menulis siswa lebih meningkat. Guru dapat menerapkan strategi-strategi pembelajaran
yang dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan
inovatif. Strategi tersebut diharapkan dapat membuat siswa mempunyai keyakinan
bahwa dirinya mampu belajar, yang dapat memanfaatkan potensi siswa
seluas-luasnya.
Salah
satu strategi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran menulis kreatif
adalah strategi copy the master. Ide ini diperkuat
pendapat bahwa strategi copy the master
adalah strategi pemodelan yang dekat dengan calon penulis. Adanya model yang
dekat dengan penulis berarti memudahkan penulis untuk memulai kegiatan menulis.
Selain
itu peneliti menggunakan media audio visual sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis cerpen. Dengan menggunakan strategi copy the master ini siswa mendapat
pengalaman langsung karena mendapat kesempatan mengamati atau mencermati model
tulisan, sehingga pemahaman siswa tentang konsep lebih konkret. Hipotesis
tindakan yang diambil adalah dengan menggunakan strategi copy the master pada pengajaran keterampilan menulis, kemampuan
menulis anak semakin meningkat.
Strategi
copy the master berasal dari bahasa
Inggris yang artinya adalah model untuk ditiru. Model yang akan ditiru ini
tidak hanya terbatas pada peniruan lateral, namun ada tahap perbaikan. Tahap
peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam strategi ini. Pada
dasarnya strategi ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model
yang ditawarkan.
Dalam
proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Secara umum
fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat mempertinggi
proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi
hasil belajar yang dicapainya (Sudjana dan Rivai 2001:2). Selain itu, media
pembelajaran dapat menambah efektivitas komunikasi dan interaksi antara
pengajar dan pembelajar (Pranggawidagda 2002:145).
Dengan
adanya media audio visual yang menampilkan gambar beserta
suaranya
akan mempermudah siswa untuk menangkap informasi yang dibutuhkan dalam
mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan dituangkan dalam menulis
sebuah cerpen. Selain itu proses belajar mengajar akan terasa lebih hidup dan
lebih menyenangkan dibandingkan dengan menggunakan media audio . Pembelajaran
menulis cerpen yang menggunakan media
audio kurang maksimal digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen karena
penggunaan media audio hanya menampilkan sebuah suara yang kurang memaksimalkan
potensi siswa dalam menangkap informasi yang sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan
inspirasi
dan ide-idenya yang akan digunakan untuk menulis sebuah cerpen.
Penelitian
mengenai keterampilan menulis banyak dilakukan dengan
menawarkan
metode/ media yang bermacam-macam sebagai upaya untuk
meningkatkan
keterampilan menulis siswa. Terdapat penelitian-penelitian
yang
relevan dengan penelitian ini. Setidaknya relevan dalam hal pemakaian
metode,
media maupun desain penelitian. Pemakaian media dan metode pada
setiap
penelitian tersebut desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Penelitian
ini mendeskripsikan seberapa besar peningkatan hasil dan proses pembelajaran
menulis cerpen dengan strategi Strategi copy
the master melalui Media Audio Visual di kelas IX SMPN 2 Dampit melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membuka
wawasan bagi guru dalam mencari strategi alternatif untuk meningkatkan pembelajaran
menulis cerpen.
METODE
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas. Rancangan ini sesuai dengan latar
permasalahan dan karakteristik penelitian yang dilakukan, yakni (1) masalah
penelitian berasal dari persoalan yang terjadi dalam praktik pembelajaran di
kelas, yakni kemampuan siswa dalam menulis cerpen yang masih rendah, (2) adanya tindakan untuk memperbaiki
permasalahan pembelajaran, yaitu melalui penerapan strategi copy
the master (3) adanya kolaborasi dalam kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi, serta (4) adanya kegiatan untuk melakukan evaluasi
dan refleksi.
Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Dampit. Alasan pemilihan
lokasi tersebut dengan mempertimbangkan beberapa alasan. Pertama, SMPN 2 Dampit
telah menerapkan kurikulum KTSP 2006 yang di dalamnya mengajarkan menulis cerpen. Kedua, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya
mengenai menulis cerpen dengan menggunakan
strategi copy the master melalui
media audio visual.
Waktu penelitian dilaksanakan pada awal semester I tahun pelajaran 2012/2013. Penentuan waktu ini didasarkan karena kompetensi dasar
menulis cerpen diajarkan di kelas IX pada semester pertama.
Subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX C
SMPN 2 Dampit. Pemilihan kelas IX C didasarkan pada pertimbangan bahwa
(1) tingkat kecerdasan siswa merata mulai dari yang cerdas, sedang, dan kurang,
(2) jumlah siswa memadai, (3) guru kelas bersedia berkolaborasi.
Media pembelajaran
utama yang digunakan adalah film.
Adapun alat-alat yang digunakan untuk menjaring data keberhasilan belajar siswa
adalah lembar observasi, dan
rubrik penilaian kemampuan menulis cerpen.
Penentukan
kualifikasi keberhasilan tindakan
penelitian memerlukan rambu-rambu. Indikator pada penelitian ini dibuat untuk
mendekripsikan dua permasalahan
penelitian, yakni
permasalahan penelitian proses dan
hasil keterampilan menulis cerpen.
Observasi
dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung
dengan
membuat catatan khusus mengenai perilaku siswa dalam kegiatan menulis
cerpen
melalui strategi copy the master
melalui media audio visual. Observasi
dipergunakan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung pada
siklus I dan pada siklus II. Peneliti sebelumnya mempersiapkan lembar observasi
untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan data. Observasi atau pengamatan
dilakukan oleh peneliti, dibantu oleh guru kolaborator.
Data
hasil dalam penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan tes. Tes
dilakukan
sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan siklus II dengan tujuan untuk
mengukur
keterampilan siswa dalam menulis cerpen dengan strategi copy the master melalui media audio visual. Pada hasil tes siklus I
dianalisis, dari hasil analisis akan diketahui kelemahan siswa dalam kegiatan menulis cerpen, yang selanjutnya sebagai dasar
untuk menghadapi tes pada siklus II,
yang pada akhirnya setelah dianalisis hasil tes siklus II dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis cerpen
melalui strategi copy the master
dengan media audio visual.
Tes
yang berupa soal esai menulis cerpen dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan
siswa dalam menulis cerpen dengan memperhatikan kriteria-kriteria penilaian
yang telah ditentukan. Kriteria-kriteria
penilaian tersebut yakni (1) Tema, (2) Alur, (3) Latar, (4) Sudut pandang, (5) Gaya Bahasa, (6) Tokoh dan Penokohan, dan (7) Kepaduan
unsur-unsur dalam cerpen.
HASIL
Kemampuan
siswa kelas SMP Negeri 2 Dampit dalam menulis cerita pendek rata-rata masih
rendah. Dari hasil pengamatan selama peneliti melakukan observasi masih banyak siswa yang
kurang tertarik pada pembelajaran menulis cerpen. Siswa tampak kesulitan dalam
menuangkan ide-ide ke dalam bentuk cerpen, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti penggunaan media
dan teknik pembelajaran yang kurang sesuai. Kesulitan-kesulitan siswa juga
tampak dari hasil kerja siswa. Hasil yang dicapai siswa masih rendah, hal ini
terbukti dari isi cerpen yang tidak sesuai dengan tema atau bahan pengajaran,
isi cerpen tidak sesuai dengan judul,
alur yang tidak jelas, konflik dan karakter tokoh yang kurang sesuai. Seperti tampak
pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil
Tes Kemampuan Menulis Cerita Pendek Pra Tindakan
No.
|
Kategori
|
Rentang Nilai
|
Frekuensi Skor
|
Bobot
|
Persen
Rata-rata
|
1
|
Sangat
Baik
|
85-100
|
|
|
|
2
|
Baik
|
70-84
|
8
|
544
|
20%
|
3
|
Cukup
|
60-69
|
26
|
1783
|
65%
|
4
|
Kurang
|
50-59
|
6
|
399
|
15%
|
5
|
Sangat
Kurang
|
0-49
|
|
|
|
JUMLAH
|
40
|
2666
|
100%
|
2666
: 40 = 66,65
Siklus
I merupakan pemberlakuan awal penelitian dengan strategi copy the master melalui media audio visual. Tindakan siklus ini
dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul
pada pratindakan. Tahap ini dimulai dengan refleksi awal. Kegiatan yang
dilakukan berupa
renungan
atau pemikiran hasil dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Dampit.
Kegiatan dilanjutkan dengan perencanaan
pembelajaran yang dilakukan sebagai
upaya memecahkan segala permasalahan
yang dilakukan yang telah ditemukan pada refleksi awal, dan segala hal yang perlu dilakukan pada tahap
tindakan. Dengan adanya perencanaan,
tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah dan sistematis.
Langkah-langkah proses perencanaan ini antara
lain: (1) menyusun
rencana
pelaksanaan pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
guru
di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka
implementasi tindakan perbaikan tindakan yang telah direncanakan, (2)
mempersiapkan
fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti
media
pembelajaran dan alat evaluasi, (3) mempersiapkan cara merekam dan
menganalisis
data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, (4) melakukan
simulasi
(bermain peran) pelaksanaan tindakan untuk menguji keterlaksanaan
rancangan,
sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan
diri dalam pelaksanaan
yang
sebenarnya.
Rencana pembelajaran dilaksanakan dalam
2 kali pertemuan setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Tujuan yang ingin
dicapai adalah (1) siswa dapat
mendeskripsikan
tema yang terkandung dalam cerita, (2) siswa dapat menyusun alur cerita, (3)
siswa dapat menentukan latar
yang sesuai dengan cerita.
Siswa dapat menentukan
sudut pandang yang sesuai dengan cerita, (4) siswa dapat memilih gaya bahasa yang
sesuai dengan cerita, (5) siswa dapat melukiskan tokoh dan watak tokoh yang
sesuai dengan cerita, siswa dapat menentukan sudut pandang yang sesuai degan
cerita, (7) siswa dapat menyusun cerpen sesuai dengan unsur pembangun cerpen,
dan (8) Siswa dapat menyunting
cerita pendek.
Pada
tahap pendahuluan kegiatan yang dilakukan antara lain (1) Guru bertanya jawab
dengan siswa tentang cerpen yang pernah dibaca
dan disukainya (2) Guru menjelaskan
kompetensi dasar yang akan dicapai, dan manfaat yang akan diperoleh
dalam pembelajaran menulis cerpen.
Dari kegiatan
stimulus yang bertujuan untuk mengarahkan siswa pada
tujuan pembelajaran yang harus
dicapai, siswa merespon kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru dengan
menjawab pertanyaan mengenai menulis kreatif cerpen. Siswa memiliki pemahaman
bahwa untuk menulis cerpen, sebelumnya harus menentukan tema dari cerpen yang
akan ditulis. Selain menentukan tema, siswa berpendapat bahwa sebelum menulis
cerpen harus membuat kerangka cerpen terlebih dahulu baru kemudian dikembangkan
menjadi sebuah cerpen.
Pada kegiatan
ini siswa memiliki pemahaman bahwa di dalam sebuah
cerpen terdapat unsur intrinsik
yang menjadi unsur pembangun cerpen. Unsur
intrinsik yang disebutkan siswa
yang terdapat dalam sebuah cerpen adalah tokoh,
latar, dan waktu. Selain mengetahui
unsur intrinsik, siswa mencoba memberikan
pengetahuannya berupa pengertian
cerpen. Menurut siswa cerpen merupakan cerita yang pendek. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa memiliki pemahaman bahwa cerpen adalah cerita yang pendek, tetapi
siswa belum memberikan batasan pendek yang dimaksud itu dengan ukuran yang bisa
dimengerti.
Pada tahap pendahuluan
kegiatan yang dilakukan adalah Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan dan
bagaimana gambaran siswa tentang unsur-unsur instrinsik cerpen dan Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran, serta Siswa
dimotivasi bahwa mengarang cerpen menyenangkan.
Kegiatan Inti yang dilakukan
adalah (1) Guru memberikan contoh sebuah cerpen remaja, (2) Siswa dan guru
bertanya jawab tentang unsur-unsur pembangun cerpen, (3) Guru menjelaskan
langkah-langkah menulis cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun
cerpen, (4) Guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan
merumuskannya ke dalam tema yang sudah ada dalam film yang telah diputarkan
pada pertemuan sebelumnya, (5) Siswa diarahkan untuk menentukan siapa tokoh
utamanya, apa masalahnya, siapa tokoh antagonisnya, bagaimana latarnya dari
mana awal ceritanya, dan bagaimana cerita ditutup, (6) Berdasarkan unsur
instriksik dalam cerita film siswa
diarahkan untuk dapat bermain dengan imajinasinya untuk dapat menyusun kerangka
cerpen. (7) berdasarkan kerangka cerpen yang telah dibuat, siswa mengembangkannya
menjadi cerpen menjadi cerpen, (8) siswa menulis cerpen dengan memperhatikan
contoh cerpen yang diberikan guru, (9) siswa berdiskusi untuk menyunting cerpen
yang telah dibuat dengan panduan rubrik yang telah disiapkan oleh guru. dan
(10) beberapa siswa membacakan hasil penulisan cerpen di depan kelas.
Penayangan film ini
digunakan untuk dikembangkan menjadi sebuah kerangka cerpen. Unsur-unsur yang
ada dalam kerangka cerpen meliputi tema; judul; deskripsi karakter tokoh
(karakter fisik dan watak); latar cerpen yang berupa latar waktu, latar tempat,
dan latar suasana; sudut pandang; dan alur yang terdiri dari pengenalan,
pemunculan konflik, klimaks, dan penyelesaian.
Siswa
dikondisikan untuk mempersiapkan diri dengan buku catatan untuk
mencatat hal-hal penting dari film
yang akan disaksikan Dalam kegiatan ini
siswa terlihat bersemangat. Hal ini menandakan bahwa siswa menjalani kegiatan
belajar dengan senang.
Pada kegiatan
pramenulis ini suasana kelas tampak kondusif, hal ini tampak pada siswa yang
antusias mengerjakan tugas dari guru. Dengan penuh perhatian siswa
memperhatikan film yang ditayangkan guru. Setelah siswa menyaksikan film Sang
Pemimpi yang ditayangkan, siswa berdiskusi dengan temansebangku untuk bagian
adegan dalam film yang digunakan sebagai pengembangan membuat kerangka cerpen.
Ketika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas membuat kerangka
cerpen dan memahami film, siswa selalu bertanya kepada guru. Pada kegiatan ini
guru berkeliling dan mengingatkan siswa untuk memperhatikan unsur pembangun cerpen
dan penggunaan ejaan dan tanda baca.
Pada kegiatan
pramenulis ini, siswa membuat kerangka sesuai dengan
film Sang Pemimpi. Dari duapuluh
tiga siswa hanya terdapat dua siswa yang masih menggunakan judul film sebagai
judul cerpennya. Siswa yang lain telah
mampu mengembangkan judul dengan
lebih kreatif sesuai dengan cerpen yang akan dikembangkan. Pada tahap
pramenulis ini, media film ini berfungsi memudahkan siswa berimajinasi untuk
menemukan tokoh beserta karakternya baik fisik maupun wataknya, menemukan konflik,
menemukan latar baik latar tempat, waktu, dan suasana; serta menemukan alur.
Pada tahap
menulis, yaitu siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan
padu sesuai dengan kreativitas dan imajinasi siswa serta mengembangkan peristiwa
melalui narasi, deskripsi, monolog, maupun dialog. Pada tahap menulis ini siswa
diberikan kebebasan sepenuhnya untuk mengembangkan kerangka cerpen yang telah dibuat,
tetapi tetap berdasarkan cerita dalam film untuk membuat kerangka cerpen
sebagai dasar imajinasi. Suasana kelas tampak kondusif, hal ini tampak pada
siswa yang antusias mengerjakan tugas dari guru. Siswa membaca kembali kerangka
cerpen yang telah dibuatnya, kemudian siswa mengembangkan kerangka cerpen
menjadi cerpen yang utuh dan padu pada lembar kerja yang telah dipersiapkan
oleh guru.
Kegiatan
pengembangan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu pada tahap
menulis ini dilakukan siswa secara individu. Pengembangan kerangka cerpen
menjadi cerita yang utuh dan padu yang dilakukan pada tahap menulis ini, film
membantu siswa berimajinasi sehingga film dapat membantu siswa mengembangkan kerangka
cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu. Pada tahap menulis ini juga dilakukan
tahap revisi. Siswa merevisi cerpen yang telah selesai dibuatnya.
Pada
tahap pascamenulis meliputi kegiatan penyuntingan dan pemublikasian
cerpen dengan cara membacakan cerpen di depan kelas. Kegiatan
penyuntingan dilakukan dengan cara siswa saling menukarkan cerpennya
kepada teman sebangku, kemudian teman sebangku menyunting cerpen
berdasarkan lembar penyuntingan yang telah dipersiapkan oleh guru. Kegiatan
penyuntingan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan komentar yang berupa masukan kepada cerpen milik temannya.
Kegiatan
publikasi yang dilakukan dengan membacakan cerpen di depan kelas dapat
diketahui bahwa siswa lebih memperhatikan pembacaan cerpen yang dilakukan oleh
salah satu siswa. Selain siswa yang membacakan cerpen telah memiliki rasa
percaya diri dengan bukti suara siswa saat membacakan sudah lantang dan
terdengar hingga bangku belakang. Muka siswa juga tidak ditutup dengan teks
cerpen yang dibacanya.
Dari kegiatan
pascamenulis dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis kreatif cerpen
ini tidak hanya melatihkan siswa untuk pandai menulis tetapi juga aktif dalam
keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara. Setelah kegiatan publikasi guru
melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yang dialami siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi copy the master melalui media audio
visual (film).
PEMBAHASAN
Peningkatan proses
keterampilan menulis kreatif cerpen meliputi proses peningkatan pada tahap
pramenulis, proses peningkatan pada tahap menulis, proses peningkatan pada
tahap pascamenulis
Media yang digunakan adalah film dan lembar
kerja siswa untuk membuat kerangka cerpen, menulis cerpen serta lembar
penyuntingan. film yang digunakan yaitu judul
Laskar Pelangi. Film tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa
film Laskar pelangi tersebut dapat membantu siswa dalam mengembangkan cerita baik
dari segi judul, tokoh, latar dan alur; (2) memiliki tokoh, latar, dan alur
yang menceritakan tentang sebuah kehidupan manusia, dan (3) menumbuhkan cipta
dan rasa dalam diri siswa.
Pada kegiatan
pramenulis ini suasana kelas tampak kondusif, hal ini tampak pada siswa yang
antusias mengerjakan tugas dari guru. Dengan penuh perhatian siswa
memperhatikan film yang ditayangkan
guru. Setelah siswa menyaksikan film yang ditayangkan, siswa berdiskusi dengan
teman sebangku untuk memilih adegan yang digunakan sebagai pengembangan membuat
kerangka cerpen. Ketika siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas
membuat kerangka cerpen dan memahami film, siswa selalu bertanya kepada guru. Pada
kegiatan ini guru berkeliling dan mengingatkan siswa untuk memperhatikan unsur
pembangun cerpen dan penggunaan ejaan dan tanda baca.
Proses
peningkatan keterampilan menulis kreatif cerpen pada tahap menulis suasana
kelas tampak kondusif, hal ini tampak pada siswa yang antusias mengerjakan
tugas dari guru. Siswa membaca kembali kerangka cerpen yang telah dibuatnya,
kemudian siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu
pada lembar kerja yang telah dipersiapkan oleh guru. Kegiatan pengembangan
kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu pada tahap menulis ini
dilakukan siswa secara individu.
Pengembangan
kerangka cerpen menjadi cerita yang utuh dan padu yang dilakukan pada tahap
menulis ini, media film membantu siswa berimajinasi sehingga film dapat
membantu siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen yang utuh dan padu.
Pada tahap menulis ini juga dilakukan tahap revisi. Siswa merevisi cerpen yang
telah selesai dibuatnya.
Dari kegiatan
pascamenulis dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis kreatif cerpen
ini tidak hanya melatihkan siswa untuk pandai menulis tetapi juga aktif dalam
keterampilan menyimak, membaca, dan berbicara. Setelah kegiatan publikasi guru
melakukan refleksi dengan menanyakan kesulitan yang dialami siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi copy the master melalui media audio
visual (film).
Dari
data observasi dapat dilihat terjadinya
peningkatan perilaku positif
siswa
dalam menulis cerpen. Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 38
siswa
atau sebesar 95% dari jumlah keseluruhan
siswa yang merasa lebih
bersenang
hati dalam menulis cerpen. Sisanya sebanyak 2 siswa atau sebesar 5%
yang
kurang bersenang hati dalam menulis cerpen. Hal ini disebabkan siswa
kurang
berminat dalam menulis cerpen. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa terjadinya
peningkatan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada
siklus II ini. Perilaku-perilaku negatif siswa dapat dikurangi sehingga
pembelajaran ini dapat berhasil.
Peningkatan
hasil keterampilan menulis cerpen setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan
II, diperoleh hasil menulis puisi seperti yang tampak pada tabel berikut.
No.
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
||
Prasiklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1
|
WAHYU
ANGGA S.
|
70
|
80
|
82
|
2
|
AGUNG DENI
KRISTIAN
|
57
|
75
|
76
|
3
|
AHMAD
WAHYU PRATAMA
|
61
|
75
|
77
|
4
|
ANGGA ANDI
SAPUTRA
|
55
|
75
|
76
|
5
|
ANGGA
APRILINU
|
72
|
79
|
81
|
6
|
ARI
INDRAWATI
|
61
|
78
|
83
|
7
|
BAGAS
PRATAMA GUNAWAN
|
55
|
55
|
78
|
8
|
DESI
RATNASARI
|
75
|
82
|
88
|
9
|
DESY
RATNASARI
|
66
|
78
|
80
|
10
|
DIAN
APRILLIA
|
76
|
78
|
78
|
11
|
DIKI RENDI
KURNIAWAN
|
61
|
76
|
79
|
12
|
DINDA AYU
KATARINA
|
66
|
77
|
88
|
13
|
DINI
KRISTIAN ANJAR
|
62
|
64
|
78
|
14
|
EKO
PURNOMO
|
66
|
78
|
77
|
15
|
EKO
SUPRASETYO
|
73
|
75
|
79
|
16
|
ELIA IIS
ANDRIANI
|
69
|
77
|
76
|
17
|
ELOK
VERONIKA
|
67
|
79
|
76
|
18
|
ERDIN
YULIS DIANTORO
|
61
|
75
|
79
|
19
|
ERINE
MUSTIKA SARI
|
79
|
77
|
88
|
20
|
IMROATUL
HASANAH
|
73
|
75
|
78
|
21
|
INTAN
YULIANA
|
61
|
61
|
77
|
22
|
KRISTIN
RATNASARI
|
62
|
75
|
77
|
23
|
LULIS
LUSIAWATI
|
81
|
81
|
87
|
24
|
MUHAMMAD
IRFAN AZIZ
|
77
|
77
|
83
|
25
|
NURHASANAH
|
78
|
62
|
80
|
26
|
PUJIATI
|
60
|
62
|
78
|
27
|
RENALTA
PRATAMA
|
57
|
60
|
81
|
28
|
RENI
ADISTYANINGTYAS
|
67
|
75
|
87
|
29
|
RICO
FRANSISCO
|
70
|
78
|
78
|
30
|
RICKY
WAHYU ADI
|
68
|
75
|
81
|
31
|
RIRIN
INDRIYANI
|
73
|
75
|
76
|
32
|
RURI
ANTIKA
|
62
|
62
|
78
|
33
|
SINGGIH
PITONO
|
56
|
60
|
78
|
34
|
SIWI HAJA
RUKMANA
|
62
|
78
|
80
|
35
|
SUGIANTORO
|
63
|
76
|
76
|
36
|
SUSANTI
AMBARWATI
|
76
|
76
|
87
|
37
|
TATOK
FEBRIANTO
|
68
|
75
|
78
|
38
|
VIVI
WIDARTI
|
78
|
75
|
88
|
39
|
WAHYU EKO
PAMBUDI
|
63
|
63
|
80
|
40
|
YULIATIN
|
59
|
61
|
76
|
Rata-rata
|
2666
|
2915
|
3203
|
|
4000
|
4000
|
4000
|
||
66,65
|
72,875
|
80,075
|
PEMBAHASAN
Peningkatan
proses belajar siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi copy the master melalui media audio visual
dapat dilihat berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran berlangsung.
Sedangkan peningkatan hasil dapat diketahui berdasarkan hasil tes kemampuan
menulis cerpen.
Dari
hasil observasi dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa belum mengikuti proses pembelajaran
menulis cerpen dengan baik, masih ada
beberapa siswa yang melakukan perilaku negatif walaupun jumlahnya lebih sedikit daripada siswa yang melakukan perilaku
positif dalam mengikuti proses pembelajaran
tersebut. Hal ini dibuktikan dengan data pada hasil observasi siswa yang
tercatat ada 10 atau sebesar 25% dari
jumlah keseluruhan siswa yang berbicara dan bercanda dengan temannya pada saat
proses pembelajaran menulis cerpen. Sebanyak 6 siswa atau sebesar 15% dari
jumlah keseluruhan siswa yang mondar-mandir atau jalan-jalan untuk kepentingan
yang tidak jelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pada
siklus II sudah ada perubahan perilaku siswa yaitu siswa sudah mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen
dengan baik dan dapat menciptakan
suasana belajar yang nyaman. Siswa
terlihat sangat bersungguh-sungguh dalam mengikuti penjelasan dari guru, dan mereka sudah lebih aktif dalam mengikuti pelajaran dibandingkan pada
siklus I. Perilaku negatif pada siklus
I, pada siklus II banyak berkurang. Siswa yang melakukan perilaku negatif berbicara dan bercanda dengan temannya menurun
dari 10 siswa atau sebesar 25% dari
jumlah keseluruhan siswa menjadi 2 siswa atau sebesar 5% dari jumlah keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang
berjalan-jalan atau mondarmandir pada saat berlangsungnya proses pembelajaran
tidak ada.
Berdasarkan
hasil jurnal dari siklus I ke siklus II yaitu siswa semakin
senang
terhadap copy the master melalui
media audio visual yang
dihadirkan
guru (peneliti). Menurut sebagian besar dari jumlah siswa kelas IX SMP Negeri 2
Dampit yang menyatakan bahwa metode tersebut dapat
mempermudah
mereka dalam menulis cerpen karena kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dapat diatasi dengan metode
tersebut.
Berdasarkan
hasil wawancara didapatkan hasil bahwa siswa senang dan
tertarik
dengan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan strategi copy the master melalui media audio
visual. Siswa juga dapat mengambil manfaat dari pembelajaran tersebut, siswa semakin tahu banyak tentang cerpen dan bagaimana menulis cerpen. Selain itu pembelajaran menulis cerpen
dengan menggunakan strategi copy the
master melalui media audio visual siswa semakin berminat menulis cerpen.
Berdasarkan
hasil dokumen foto siklus I ke siklus II
yaitu siswa semakin
tertib
dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan
strategi copy the master melalui
media audio visual. Dari hasil foto
menunjukkan
aktivitas saat menulis cerpen pada siklus I, terlihat masih ada siswa
yang
melakukan perilaku negatif yaitu bercanda dengan temannya saat proses
belajar
di kelas, sedangkan pada siklus II siswa terlihat sangat serius dalam menulis cerpen.
Berdasarkan kedua gambar tersebut dapat
disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
cerpen mengalami peningkatan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar menulis cerpen dengan
menggunakan strategi copy the master
melalui media audio visual mampu meningkatkan proses keterampilan siswa dalam
menulis cerpen. Selain itu, terdapat perubahan perilaku yaitu dari perilaku
negatif ke perilaku positif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis
cerita pendek.
Hasil
pratindakan ini dianalisis dan diperoleh sebuah simpulan bahwa keterampilan
menulis cerpen masih rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 66,65. Keterampilan
siswa dalam menentukan tema dan amanat,
membuat alur, menentukan tokoh dan penokohan, menentukan latar, menggunakan
diksi dan gaya bahasa, menentukan sudut pandang, dan keterpaduan unsur-unsur dalam cerpen
termasuk dalam kategori cukup.
Setelah
peneliti melihat kondisi awal
keterampilan siswa menulis cerpen
melalui
hasil pratindakan tersebut, maka
peneliti melakukan pembelajaran
menulis
cerpen dengan strategi copy the master
melalui media audio visual.
Setelah
dilakukan pembelajaran menulis cerpen melalui strategi ini pada siklus I, keterampilan menulis cerpen siswa
mengalami peningkatan sebesar 11,94%. Nilai rata-rata yang dicapai pada siklus
I sebesar 72,88 yang berarti bahwa pada
siklus I keterampilan menulis cerpen siswa sudah cukup baik.
Meskipun
pembelajaran siklus I telah dioptimalkan perencanaan dan pelaksanaannya dengan strategi
copy the master melalui media audio
visual, namun hasil tes yang diperoleh
siswa pada siklus ini belum memuaskan dan belum memenuhi target. Hal ini karena
sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan menulis cerpen terutama dalam
mengembangkan ide dari cerita film dan menuangkan ide yang ada dalam pikiran
mereka.
Setelah
dilaksanakan pembelajaran dengan strategi copy
the master melalui media audio visual pada siklus II dengan tema yang masih
sama, ternyata
kesulitan
siswa dalam mengembangkan kerangka cerpen dan mengungkapkan ide
ke
dalam sebuah cerpen dapat diatasi. Dan hasil siklus II mengalami peningkatan
dari
hasil tes siklus I. Peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan strategi copy the master melalui media audio
visualdapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Perolehan Nilai Rata-Rata dan Peningkatan Keterampilan Menulis
Cerpen
pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Aspek
|
Nilai
Rata-rata Kelas
|
Peningkatan
|
||||
|
PT
|
SI
|
SII
|
PT – SI
|
SI-SII
|
PT-SII
|
1
|
65,00
|
73,50
|
77,50
|
13,08
|
5,44
|
19,23
|
2
|
67,88
|
72,75
|
78,13
|
7,18
|
7,39
|
15,10
|
3
|
63,75
|
72,00
|
85,00
|
12,98
|
18,06
|
33,33
|
4
|
68.7
|
74,50
|
79,25
|
8,36
|
6,38
|
15,27
|
5
|
68,25
|
74,25
|
79,00
|
8,79
|
6,40
|
15,75
|
6
|
67,50
|
71,88
|
83,75
|
6,48
|
16,52
|
24,07
|
7
|
65,00
|
72,63
|
78,13
|
11,73
|
7,57
|
20,19
|
Rata-rata
|
66.65
|
72,88
|
80,08
|
9,34
|
9,88
|
20,14
|
Keterangan:
PT =
Pratindakan
SI =
Siklus I
SII = Siklus II
1 =
Tema dan Amanat
2 = Alur
3 = Tokoh dan Penokohan
4 = Latar
5 = Diksi dan Gaya Bahasa
6 = Sudut Pandang
7 = Kepaduan Unsur-unsur Pembangun
Cerpen
Dari
tabel di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan siswa setiap aspek
penilaian
menulis cerpen mengalami peningkatan. Uraian tabel tersebut dijelaskan
secara
rinci sebagai berikut.
Pada hasil pratindakan, skor rata-rata kelas
mencapai 66,65 termasuk
dalam
kategori cukup. Skor rata-rata ini
berasal dari jumlah rata-rata masingmasing aspek yang dinilai. Pada
pratindakan, perolehan nilai rata-rata kelas aspek tema dan amanat sebesar 65
(termasuk kategori cukup), aspek alur sebesar 67,88 (termasuk cukup), aspek tokoh
dan penokohan sebesar 63,75 (termasuk kategori cukup), aspek latar sebesar 68,7
(termasuk kategori cukup), aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 68,25
(termasuk kategori cukup), aspek sudut
pandang sebesar 67,50 (termasuk kategori cukup), dan aspek kepaduan unsur-unsur
pembangun cerpen sebesar 65,00 (termasuk kategori cukup).
Keterampilan
siswa dalam menulis cerpen masih rendah
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal ini dapat dilihat pada keterampilan siswa dalam aspek bahasa dan nonkebahasaan
yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat
pada hasil tes yang belum menunjukkan hasil yang memuaskan (belum mencapai kategori baik). Adapun faktor
eksternal berasal dari pola pembelajaran guru yang masih tradisional dan kurang
bervariasi. Pola pembelajaran yang lebih mengutamakan teori, ceramah, monoton,
dan terkesan hanya mengejar materi pelajaran tanpa pertimbangan pengalaman yang
akan didapatkan siswa dalam pembelajaran.
Selanjutnya,
hasil tes menulis cerpen siklus I dengan rata-rata skor klasikal
mencapai
72,88 dan termasuk kategori cukup. Hasil ini mengalami peningkatan
sebesar
9,34% dari hasil pratindakan. Meskipun hasil ini sudah mengalami peningkatan,
tetapi nilai rata-rata ini belum mencapai target nilai yang telah ditetapkan.
Skor ini juga diperoleh dari penjumlahan
tujuh aspek penilaian. Perolehan aspek tema dan amanat sebesar 73,50 (termasuk
kategori cukup), aspek alur sebesar 72,75 (termasuk kategori cukup), aspek
tokoh dan penokohan sebesar 72,00 (termasuk kategori cukup), aspek latar
sebesar 74,50 (termasuk kategori baik), aspek diksi dan gaya bahasa sebesar
74,25 (termasuk kategori cukup), aspek sudut pandang sebesar 71,88 (termasuk
kategori cukup), dan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen sebesar 72,63
(termasuk kategori cukup).
Nilai pada aspek menulis cerpen siswa kelas IX
SMP Negeri 2 Dampit
semua
mengalami peningkatan dari hasil pratindakan. Pada aspek tema dan
amanat,
siswa sudah bisa mengaplikasikan tema dan amanat berdasarkan tema film yang
digunakan sebagai media sudah cukup baik, walaupun ada beberapa siswa yang
menyimpang dari tema yang telah ada dalam film. Pada aspek alur siswa sudah
banyak mengalami peningkatan karena alur
dalam menulis cerpen
sudah
ada, jadi siswa tidak mengalami
kesulitan. Aspek tokoh dan penokohan siswa juga sudah dapat menghadirkan tokoh
dengan karakternya yang menarik, namun masih ada beberapa siswa yang belum bisa
menghadirkan tokoh dengan karakternya yang menarik. Pada aspek latar siswa
sudah dapat menentukan latar yang cocok sesuai dengan situasi dan kondisi dalam
cerpen yang ditulisnya. Pada aspek diksi dan gaya bahasa siswa sudah dapat
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteksnya. Pada aspek sudut pandang
siswa sudah bisa menggunakan kata ganti untuk menjelaskan tokoh dengan baik.
Pada aspek yang terakhir yaitu kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen siswa
sudah cukup baik dalam menulis cerpen, terbukti dengan hasil cerpen yang cukup
menarik.
Berdasarkan pada uraian di atas, peningkatan
skor rata-rata dari pratindakan ke siklus I yang paling besar yaitu pada aspek
yang pertama yaitu tema. Hal ini terjadi karena penentuan tema dalam menulis
cerpen dengan media film yang digunakan
sebagai media dalam pembelajaran menulis cerpen. Adapun peningkatan skor
rata-rata dari pratindakan ke siklus I yang paling kecil yaitu pada aspek alur,
hal ini disebabkan film yang digunakan menggunakan alur campuran.
Berikutnya,
pada hasil tes menulis cerpen siklus II, diperoleh nilai rata-rata
kelas
80,08 dan termasuk dalam kategori baik. Pencapaian skor ini menunjukkan
bahwa
pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IXSMP Negeri 2 Dampit dapat
dikatakan berhasil karena sudah mencapai
target yaitu berada pada kategori baik.
Dengan demikian tindakan siklus III, tidak perlu dilakukan. Perolehan skor aspek tema dan amanat sebesar 77,50 (termasuk kategori baik), aspek alur sebesar 78,13 (termasuk
kategori baik), aspek tokoh dan penokohan sebesar 85.00 (termasuk kategori sangat
baik), aspek latar sebesar 79,25 (termasuk
kategori baik), aspek diksi dan gaya bahasa sebesar 79,00 (termasuk kategori baik), aspek sudut pandang sebesar
83,75(termasuk kategori baik), dan aspek kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen
sebesar 78,13 (termasuk kategori baik).
Peningkatan
skor rata-rata siklus I ke siklus II yang paling besar yaitu pada aspek tokoh
dan penokohan. Hal ini disebabkan karena pada
siklus II ini siswa sudah mulai terbiasa mengungkapkan tokoh dan watak
tokoh dengan tajam dan nyata.
Adapun
peningkatan skor rata-rata siklus I ke siklus
II yang paling kecil
yaitu
pada aspek tema hal ini disebabkan pada siklus I nilai tokoh
dan
penokohan sudah berada pada kategori baik, jadi peningkatan pada siklus II
tidak
terlalu besar.
Peningkatan
keterampilan siswa dalam menulis cerpen merupakan bukti
bahwa
pembelajaran menulis cerpen melalui strategi copy the master dengan media audio visual ini dapat meningkatkan
kualitas, kreativitas, prestasi dan efektivitas pembelajaran siswa dalam
menulis cerita pendek serta dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa khususnya
terhadap karya sastra yang berupa cerpen. Berdasarkan
hasil analisis kuantitatif dan kualitatif atas cerpen siswa padan
siklus
II diketahui bahwa nilai kemampuan menulis cerpen siswa di atas nilai KKM.Hal ini menunjukkan
meningkatnya keterampilan menulis kreatif cerpen siswa.
SIMPULAN
DAN SARAN
Proses
pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi copy the master melalui media audio
visual pada siswa kelas IX
SMP Negeri 2 Dampit setelah mengikuti pembelajaran ini membuat siswa lebih aktif
dan serius dalam kegiatan menulis cerpen. Siswa juga mengalami perubahan ke arah positif.
Perubahan tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa yang lebih serius dan bersemangat dalam mengikuti
proses pembelajaran menulis cerpen.
Keterampilan
menulis cerpen siswa kelas X IX SMP Negeri 2 Dampit
mengalami
peningkatan setelah mengikuti pembelajaran
menulis cerpen melalui menggunakan strategi copy the master melalui media audio
visual. Hasil
rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 67 (hasil pembulatan ke bawah dari 66,65) dan pada siklus I diperoleh hasil rata-rata sebesar 73 (hasil pembulatan ke atas dari 72,88)
kemudian pada siklus II diperoleh hasil
rata-rata sebesar 80 (hasil pembulatan ke bawah dari 80,08). Perolehan
hasil rata-rata nilai tes menulis cerpen ini menunjukkan bahwa pembelajaran
menulis cerpen menggunakan strategi copy the master melalui media audio
visual pada siswa kelas IX
SMP Negeri 2 Dampit dapat meningkat dan berhasil.
Berdasarkan
simpulan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi copy the master melalui media audio visual
pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Dampit telah berhasil
meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis kreatif cerpen, maka
secara umum disarankan kepada pembaca untuk memanfaatkan media audio visual
sebagai salah satu alternatif perbaikan atau peningkatan kemampuan menulis
kreatif cerpen siswa yang masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pranggawidagda,
Suwara. 2002. Strategi Penguasaan Bahasa.
Yogyakarta: Adi
Cita.
Sudjana, Nana
dan Achmad Rivai. 2001. Media Pengajaran.
Jakarta: Sinar Baru
Algensindo.
Suharianto.
1982. Dasar-dasar Teori Sastra.
Surakarta: Widya Duta
Sumardjo, Jakob
dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia
Sumardjo, Jacob.
2001. Beberapa Petunjuk Menulis
Cerpen. Bandung: Mitra
Kencana.
Widyamartaya,
Aloys dan Vero Sudiati. 2005. Kiat Menulis
Deskripsi dan Narasi,
Lukisan dan Cerita.
Yogyakarta: Pusataka Widyatama.
0 komentar:
Posting Komentar