" Kepada seluruh anggota MGMP Bahasa Indonesia SMP Kab. Malang, yang ingin bergabung untuk bisa memposting artikel dipersilahkan mengirim email sebagai permintaan ke alamat email mgmpbinsmpkabmalang@gmail.com, untuk pembaharuan. Selanjutnya buka email Anda. Terima kasih (admin)

ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN MENULIS CERPEN


PENINGKATAN MENULIS KREATIF CERPEN
DENGAN STRATEGI BONGKAR PASANG
SISWA KELAS IX SMP N 1 AMPELGADING MALANG


Diah Erna Triningsih
SMP N 1 Ampelgading, Kab. Malang
alifahzhafira@gmail.com

Abstrak: Menulis kreatif cerpen merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu dan pemikiran sehingga kegiatan ini sering dijadikan tugas rumah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa menulis kreatif cerpen dan memotivasi siswa untuk menulis kreatif cerpen. Peningkatan menulis cerpen dilakukan dengan menggunakan strategi bongkar pasang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui lima tahapan, yaitu tahap pengabstrakan, pemodelan, pelatihan, revisi dan penyuntingan, dan publikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi bongkar pasang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis kreatif cerpen. Efektivitas penggunaan strategi ini diketahui dari peningkatan nilai rata-rata yang dicapai siswa dalam menghasilkan cerpen, baik ditinjau dari kelengkapan unsur intrinsik maupun penggunaan bahasa yang kreatif.

Kata kunci: menulis kreatif, cerpen, strategi bongkar pasang

Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemauan dan kemampuan tinggi seseorang. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang tidak banyak diminati dan dilakukan orang. Alasannya mudah karena menulis memerlukan kemampuan yang kompleks dan menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Padahal, menulis sangat dibutuhkan untuk menuangkan ide, gagasan, maupun karya. Dengan menguasai keterampilan menulis, peserta didik akan mudah menuangkan pikiran, gagasan atau perasaan melalui tulisan.
          Menulis kreatif cerpen merupakan salah satu kegiatan menulis sastra yang diajarkan kepada siswa SMP kelas IX semester I. Pembelajaran menulis kreatif cerpen sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dibagi menjadi dua kompetensi dasar, yaitu menulis kembali dengan kalimat sendiri cerita pendek yang pernah dibaca dan menulis kreatif cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Penelitian ini memfokuskan pada kompetensi dasar menulis kreatif cerpen berdasarkan peristiwa yang dialami. Hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan memilih peristiwa, menuangkan peristiwa dalam bentuk cerpen, dan mengorganisasi kata menjadi rangkaian cerita pendek.
Menurut siswa SMP N 1 Ampelgading, terutama siswa kelas IX, pembelajaran menulis cerpen dianggap sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan. Hal ini disebabkan keterampilan menulis ini tidak datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur karena kegiatan menulis meminta banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Untuk itu, minat menulis siswa harus tetap ditanamkan. Faktor lain yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis kreatif cerpen yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide. Hal yang terjadi siswa hanya bisa menulis cerita pengalaman, bukan cerpen. Berkaitan dengan paparan di atas, hal yang paling penting dalam pembelajaran menulis adalah menciptakan prosedur belajar yang menyenangkan dan lebih melibatkan diri siswa, artinya peserta didik tidaklah hanya dijejali dengan produk jadi, tetapi juga harus diberi bantuan untuk berpikir kreatif.
   Salah satu cara untuk mengatasi siswa agar terampil menulis yaitu dengan cara memperbanyak teknik, media, dan metode yang menarik. Guru harus kreatif dalam memilih teknik dan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang akan diajarkan. Teknik dan metode tersebut harus mampu merangsang pengembangan kecerdasan serta pengalaman siswa. Pembelajaran yang selama ini dilakukan di SMP N 1 Ampelgading yaitu guru menggunakan metode ceramah, siswa langsung diberi tugas membuat cerpen. Hasil pembelajaran dengan teknik tersebut kurang memberi motivasi siswa untuk mengembangkan kreativitas dalam menulis kreatif cerpen. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis termotivasi untuk menggunakan teknik baru menulis kreatif cerpen, yaitu strategi bongkar pasang. Penulis pun mengangkat judul Peningkatan Menulis Kreatif Cerpen Dengan Strategi Bongkar Pasang Siswa Kelas IX SMP N 1 Ampelgeading.
   Penelitian ini merumuskan dua permasalahan yaitu (1) bagaimana peningkatan menulis kreatif cerpen dengan strategi bongkar pasang siswa kelas IX SMP N 1 Ampelgading? (2) bagaimana strategi bongkar pasang dapat memotivasi siswa kelas IX SMP N 1 Ampelgading dalam menulis kreatif cerpen?
 Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa menulis kreatif cerpen dengan strategi bongkar pasang dan memotivasi siswa untuk menulis kreatif cerpen dengan strategi bongkar pasang. Pada dasarnya, penggunaan teknik dalam pembelajaran sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Begitu pula dalam pembelajaran menulis khususnya menulis kreatif cerpen. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis kreatif cerpen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba salah satu teknik yang dinilai menarik untuk digunakan dalam pembelajaran menulis, yakni teknik bongkar pasang.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah. Guru diharapkan dapat menggunakan strategi bongkar pasang sebagai teknik untuk membelajarkan menulis kreatif cerpen. Selain itu, siswa mampu termotivasi untuk menulis cerpen dan meningkatkan kemampuan siswa menulis kreatif cerpen. Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat memperbarui dan meningkatkan mutu pendidikan.




Cerita Pendek dan Unsur-Unsurnya
Edgar Alan Poe (Nurgyantoro, 2007: 10), mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Cerpen adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka (KBBI, hal:210) Dari dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan suatu karangan yang berupa cerita rekaan yang menuturkan perbuatan dan penngalaman orang yang dapat selesai dibaca sekali duduk artinya tidak terlalu panjang ceritanya.
Untuk membuat suatu cerpen, seorang penulis harus mengerti unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangun suatu cerpen. Nurgiyantoro (2007: 23), menyebutkan bahwa unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Adapun unsur instrinsik itu antara lain: peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Lebih lanjut, Nurgiyantoro (2007), menyebutkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri. Wallek & warren dalam Nurgiyantoro (2007: 24) mengemukakan bahwa unsur ekstrinsik itu antara lain: unsur biografi, unsur psikologi, keadaan lingkungan, dan pandangan hidup pengarang. Elemen atau unsur-unsur yang membangun sebuah fiksi atau cerita rekaan, novel termasuk didalamnya, terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Fakta cerita terdiri atas: tokoh, plot atau alur, dan setting atau latar. Sarana cerita meliputi: unsur judul, sudut pandang, gaya dan nada, dan sebagainya (Suminto, Jabrohim, Anwar, 2001: 105). Dari uraian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa untuk membuat suatu cerpen hal pertama yang harus dilakukan sebagai modal utama dalam membuat karya prosa adalah menguasai terlebih dahulu unsur-unsur yang membangun sebuah karya.
Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja, karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel anda kelak.
Tema adalah ide yang mendasari sebuah cerita. Secara umum, tema terbagi menjadi tiga: (1) estetis, yakni tema yang berisikan tentang keindahan, baik secara fisik maupun psikis, misalnya tema percintaan.  Tema estetis ini cenderung mengarah pada pornografi dan kebanyakan melanggar norma, (2) etis, yakni tema yang berkaitan dengan idealisasi yang ada di suatu masyarakat, misalnya kepahlawanan, dan (3) religius, yakni tema-tema yang berbau ketuhanan. Perlu diketahui, pembagian tersebut bukan merupakan “harga mati.”
Latar adalah sarana yang utama karena dari latarlah kemudian muncul tokoh, dan dari tokoh kemudian muncul konflik sehingga terciptalah alur/cerita (Novakovich, 2003:39). Karena itu pemahaman latar melalui nilai-nilai informatif (informasi mengenai banyak tempat), emotif (menghayatinya), dan ekspresif (mengungkapkan kembali demi kepentingan cerita) sangatlah penting. Penulis cerita tak akan dapat menulis kalau di dalam imajinasinya tak ada gambaran latar cerita. Baik itu yang bersifat geografis, budaya, atau yang sangat abstrak sekalipun.
Pada dasarnya bentuk cerita disebut plot atau alur. Struktur sebuah cerita secara mudah dapat digambarkan : bagian permulaan, bagian tengah, dan bagian akhir (Sumardjo, 2007: 63-65). Memang bentuk semua cerita demikian. Lebih lanjut Sumardjo menjelaskan bahwa pada bagian permulaan dituturkan tentang apa, siapa, dimana, kapan, dan munculnya konflik. Bagian tengah cerita yakni berisi perkembangan konflik yang diajukan pengarang. Dalam hal ini banyak unsure yang menentukan panjang tidaknya, rumit atau sederhananya cerita. Bagian akhir yakni bagian penutup cerita yang berisi pemecahan konflik atau pemecahan masalah.
Alur menyajikan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian kepada kita, tidak hanya dalam temporalnya tetapi juga dalam hubungannya secara kebetulan. Pengaluran adalah cara pengarang menyusun alur. Ada pola-pola tertentu yang berulang dan seringkali kita lihat sebagaia kesamaan. Struktur alur secara sederhana sering disusun atas tiga bagian, yaitu: awal, tengah, dan akhir (Jabrohim, Anwar & Sayuti, 2001: 110-111). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa alur adalah unsure pembangun karya sastra yang menjadi landasan cerita dimulai hingga berakhirnya suatu cerita. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh seorang penulis. Alur merupakan unsure yang penting dalam membuat suatu cerita, menarik atau tidaknya itu tergantung dari penyusunan alur cerita penulis.

Menulis Kreatif Cerpen
Sebuah cerpen yang baik adalah cerpen yang merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh, manunggal, tak ada bagian-bagian yang tak perlu, tetapi juga tak ada sesuatu yang terlalu banyak, semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti (Sumardjo, 2007: 99). Artinya sebuah cerpen harus memberikan sebuah gambaran sesuatu yang tajam, meskipun hanya sebagai cerita pendek.
Semua cerita memiliki sebuah pola atau struktur bentuknya. Struktur ini melibatkan berbagai macam unsur yang membentuk suatu kesatuan atau satu keutuhan (Sumardjo, 2007: 62). Dalam membuat suatu cerita, tentunya seorang penulis menuangkan suatu ide atau gagasan. Ide atau gagasan dalam arti rancangan yang tersusun dalam pikiran, dapat muncul dimana saja dan dipicu oleh apa saja yang ada disekitar kita (Harefa, 2002: 25). Oleh karena itu, ketika ide-ide itu muncul, perlu adanya pemilihan kata agar cerita tersebut menjadi suatu kesatuan yang utuh dan menarik.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu karya prosa adalah kejernihan pikiran, dan ketepatan bahasa (Sumardjo, 2007: 104). Sebelum menulis hendaknya penulis sudah menyediakan sebuah konsep yang jelas. Apa sebenarnya yang hendak disampaikan kepada pembaca. Penemuan apa yang kira-kira penting buat diketahui pembaca.(Sumardjo, 2007: 106) Harefa (2002: 13), mengatakan bahwa mengarang adalah salah satu cara belajar. Pada saat menulis, berbagai ide dan gagasan yang simpang siur harus mulai disusun secara sistematis agar dapat dipahami oleh orang lain dengan baik. Dengan demikian, dalam membuat suatu karya prosa, seorang penulis dituntut agar mempunyai kejernihan pikiran agar nantinya apa yang diceritakannya itu menjadi rasional (masuk akal) karena pada dasarnya mengarang merupakan mengembangkan sikap rasional dalam diri si pengarang itu sendiri.
Hal lain yang mesti diperhatikan oleh penulis adalah penokohan.
Pengembangan gagasan menulis kreatif sastra yaitu (1) memiliki kontras-kontras yang eronis, (2) tema berkisar masalah kehidupan yang kompleks, (3) merangsang daya intelektual pembaca, (4) isi cerita menjadi bahan renungan, dan (5) mengutamakan kebaruan dan keaslian pengungkapan (Rahmanto, 1997:20). Di samping itu, pengembangan gagasan menulis kreatif cerpen harus memperhatikan pola unsur kreativitas, kemampuan mengolah bahasa, dan bersastra. Menurut Sumardjo (1981: 68) pengembangan cerpen yang menarik bergantung pada cara pemilihan objek yang unik, lain dari yang lain, tidak biasa, dan spesifik.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena digunakan untuk memperoleh gambaran data verbal dan non verbal yang secara potensial dapat memberikan makna dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dianalisis dengan memanfaatkan prosentase sebagai langkah awal dari keseluruhan proses analisis. Kemudian, data dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjukkan pernyataan keadaan, ukuran kualitas (Arikunto, 2006). Sementara itu, rancangan penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas yaitu penelitian tindakan pembelajaran bersama yang bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan menerapkannya secara langsung di kelas (Suryabrata, 1998:35). Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
Subjek penelitian yaitu siswa kelas IX-E SMP N 1 Ampelgading dengan alasan sebagai berikut 1) siswa kelas IX-E memiliki kemampuan menerima pelajaran yang merata, 2) mudah berinteraksi dan bekerjasama dalam proses belajar mengajar, dan 3) mewakili karakter siswa kelas IX SMP N 1 Ampelgading. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara,  dan dokumentasi. Sementara itu, instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data (Moleong, 1996:103). Proses analisis data dilakukan sejak data awal sebelum tindakan terhadap pembelajaran menulis kreatif cerpen dilakukan. Kemudian, perilaku siswa saat pembelajaran serta hasil akhir kerja siswa setelah adanya tindakan, dianalisis dan penarikan kesimpulan terhadap proses pembelajaran menulis kreatif cerpen dengan strategi bongkar pasang.
Strategi bongkar pasang merupakan teknik dan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan meniru contoh dari model seorang penulis. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui lima tahap pembelajaran, yaitu (1) pengabstrakan berupa kegiatan yang berorientasi pada penemuan ide yang dijadikan dasar untuk menulis kreatif cerpen berdasarkan peristiwa yang dialami; (2) pemodelan berupa kegiatan yang berorientasi pada pembongkaran model-model cerpen yang dipilih siswa; (3) pelatihan berupa kegiatan yang berorientasi pada latihan-latihan menulis kreatif cerpen berdasarkan model yang diinginkan dengan memperhatikan tema cerita, pemilihan karakter tokoh, penentuan latar, penceritaan konflik, dan penuangan ide melalui bahasa kreatif; (4) revisi dan penyuntingan berupa kegiatan yang berorientasi dalam memperbaiki dan menyunting cerpen baik segi kreativitas bahasa, maupun unsur-unsur intrinsik cerpen, dan kebaruan hingga menulis kembali cerpen menjadi naskah asli cerpen siswa; dan (5) publikasi berupa kegiatan mengekspos hasil karya siswa terbaik untuk dimuat di majalah dinding sekolah dan disusun dalam bentuk antologi cerpen.
Strategi ini dilakukan pertama kali oleh Drs. Harris Effendi Thahar, M.Pd, dosen FPBS Universitas Negeri Padang dalam pelatihan guru-guru Bahasa dan Sastra Indonesia menulis artikel populer. Hasil menunjukkan bahwa dengan menggunakan model bongkar pasang dapat ditingkatkan partisipasi dan kemajuan hasil yang signifikan bagi peserta pelatihan yang dilaksanakan selama seminggu. Efektivitas penggunaan model ini diketahui dari peningkatan kualitas hasil dan proses penulisan artikel populer dalam kejelasan alur, keterbacaan tekstual, keutuhan dan fokus karangan, dan kemampuan menggunakan bahasa yang kreatif. Selain itu, metode bongkar pasang memiliki kesamaan dengan metode copy of master yang digunakan Ismail Marahaimin dalam menulis artikel populer. Metode ini merupakan pembelajaran menulis artikel popular dengan model yang disukai dan dekat dengan calon penulis. Pada dasarnya metode ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan (Thahar, 2002).

Hasil Penelitian
Menulis kreatif cerpen berdasarkan peristiwa yang pernah dialami merupakan kompetensi dasar yang disajikan pada semester pertama dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Perencanaan pembelajaran disajikan dalam waktu 2 x pertemuan @ 40 menit tiap-tiap siklus.
Pembelajaran menulis kreatif cerpen tidak difokuskan pada satu tema, melainkan didasarkan pada model cerpen yang diberikan peneliti kepada siswa dengan tujuan siswa lebih mudah mengeksplorasi ide dan mengekspresikan daya imajinasi dan kreativitas mengolah kata tanpa dibatasi satu tema. Cerpen yang disajikan terdapat tiga model sesuai dengan tema etis, estetis, dan religius. Cerpen pertama Impian Besar Sumirah mewakili tema tentang persoalan yang terjadi di sekitar. Selain itu, cerpen ini dipilih untuk memberikan motivasi sekolah dan berusaha meraih mimpi. Cerpen kedua Ngiang Ibu merupakan jenis cerpen yang bertema ketuhanan. Cerpen ini dipilih untuk memberikan keteladanan kepada siswa agar senantiasa mematuhi orang tua. Cerpen ketiga Sihka dan Winka merupakan cerpen bertema cinta. Cerpen ini dipilih untuk menampilkan kisah cinta yang penuh konflik dan berakhir sedih.
Pelaksanaan pembelajaran menulis kreatif cerpen dengan strategi bongkar pasang pada siklus I dilaksanakan dalam 2 x pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Rabu,  26 September 2012 jam ke 3-4 melalui tahap pengabstrakan, pemodelan, dan pelatihan. Pertemuan II dilaksanakan hari Kamis, 27 September 2012 jam ke 5-6 melalui tahap pelatihan, penyuntingan, dan publikasi.
Kegiatan abstraksi cerpen dilakukan sebagai apersepsi atau kegiatan pramenulis kreatif cerpen dengan asumsi bahwa kemampuan membaca dan mengabstraksi ide akan menunjang kemampuan menulis siswa sesuai dengan minatnya. Selain itu, pembayangan dan pengalaman siswa untuk memilih ide dan model cerpen yang diminati akan mendorong siswa untuk memunculkan memori, emosi, dan kreativitas yang diperlukan dalam menulis kreatif cerpen. Pada tahap ini siswa diberi model cerpen, memilih dan membaca model cerpen. Setelah itu, siswa mengabstraksikan paragraf demi paragraf dari model yang dipilih.
Tahap pemodelan dilakukan siswa dengan menyusun ulang struktur model sesuai dengan abstraksi yang disusun pada tahap pengabstrakan. Kegiatan ini bertujuan siswa mampu menyisipkan ide-ide kreatif ke dalam model cerpen yang dipilih dan mengubah cerpen menjadi cerpen baru tanpa ada kesan duplikasi. Pada kegiatan ini siswa terlebih dahulu mendata unsur-unsur intrinsik, terutama tema, karakter tokoh, latar, dan alur.  Kemudian, siswa membuat kerangka cerpen yang ditekankan pada kejelasan alur, pengembangan tokoh dan penokohan, serta masalah yang menjadi sentral cerita.
Tahap pelatihan ini difokuskan pada pengembangan kerangka yang telah dibuat pada tahap pemodelan. Siswa mengembangkan kerangka cerpen menjadi cerpen utuh dengan memberikan penekanan-penekanan tertentu pada kejelasan dan keruntutan alur, pemantapan tokoh dan karakter, pengembangan pokok masalah, dan gaya penceritaan berupa penggunaan bahasa secara kreatif. Kegiatan berlanjut pada tahap revisi dan penyuntingan. Siswa menyunting cerpen teman dalam hal kejelasan unsur-unsur intrinsik, pemilihan kata, keutuhan cerpen, penggunaan kalimat dan ejaan sesuai dengan format revisi yang diberikan peneliti. Pembelajaran difokuskan pada merevisi bagian cerpen yang kurang nalar dan kurang menarik serta menyunting bahasa cerpen yang kurang kreatif dalam mengelola kata.
Hasil tindakan pada siklus I menunjukkan motivasi siswa dalam menulis cerpen. Siswa tidak kebingungan memilih tema sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami karena telah disajikan beberapa pilihan tema dari model cerpen yang dibagikan. Selain itu, ada peningkatan hasil menulis cerpen berdasarkan unsur penilaian yang dijadikan tolok ukur evaluasi hasil menulis kreatif cerpen. Tolok ukur hasil menulis kreatif cerpen meliputi 1) kesesuaian ide dengan model, 2) kemenarikan judul, 3) kejelasan kerangka cerpen, 4) kelengkapan unsur intrinsik cerpen, 5) pengembangan alur, 6) pelukisan tokoh dan karakter, 7) penggambaran latar, 8) penggunaan dan pemilihan kata, dan 9) penulisan ejaan dan tanda baca. Akan tetapi, hasil baik yang dicapai siswa dalam satu kelas belum mencapai 75%, hanya 65%. Hasil cerpen siswa kurang berkembang pada pengembangan alur dan penggambaran karakter tokoh.
Hasil pelaksaan penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis kreatif cerpen. Pada siklus II ini siswa lebih difokuskan pada menulis cerpen sesuai dengan tema yang telah mereka pilih. Hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada siklus II menunjukkan hasil cerpen siswa telah memiliki kekuatan pada alur dan penggambaran tokoh.
Siklus I
Siklus II
62,5%
78,125%
          Berdasarkan tabel di atas dapat dijabarkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam menulis kreatif cerpen dengan menggunakan strategi bongkar pasang. Pada siklus I taraf keberhasilan siswa hanya mencapai 62,5% berarti memiliki kualifikasi C. Sementara itu, siklus II menunjukkan peningkatan taraf keberhasilan siswa mencapai 78,125% yang berarti memiliki kualifikasi B.

Kesimpulan dan Saran
          Penggunaan strategi bongkar pasang dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis kreatif cerpen. Selain itu, strategi bongkar pasang mampu memotivasi siswa dalam kegiatan menulis kreatif cerpen mulai siklus I hingga siklus II. Mulai dari tahap pemodelan, pengabstraksian, pelatihan, revisi dan penyuntingan, dan publikasi dilakukan siswa dengan antusias. Pada siklus I, baru 20 anak yang memiliki skor lebih dari KKM (75) dari 32 siswa yang mengikuti kegiatan. Sementara itu, pada siklus II ada 28 siswa yang mampu mencapai hasil menggembirakan. Ini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hanya empat siswa yang memiliki nilai sesuai KKM. Sementara itu, 28 siswa mampu mencapai nilai yang lebih tinggi dari nilai KKM.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis berharap hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu strategi pembelajaran keterampilan menulis cerpen. Selain itu, agar kemampuan siswa menulis kreatif cerpen semakin berkembang hendaknya mengembangkan materi pembelajaran. Guru dapat menggunakan tema-tema lain, bahkan cerpen-cerpen para sastrawan untuk digunakan sebagai model.  

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia: Respon dan Analisis. Jakarta: Depdikbud.
Harsiati, Titik. 1999. Penelitian Tindakan Kelas dalam Pengajaran Bahasa. FPBS IKIP Malang.
___________. 2001. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Jabrohim, Anwar, Chairul Sayuti, Suminto. 2001. Fungsi Pengajaran SastrCara Menulis Kreatif Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marahaimin, Ismail. 2001. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Moleong, Lexy. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumardjo, Jacob. 1981. Beberapa Petunjuk Menulis Cerita Pendek. Bandung: Mitra Kencana.
Thahar, Harris Effendi. 2002. Studi Kasus Terhadap Peserta Penataran Menulis Kreatif Guru-guru SLTP Se-Sumatra Barat di BPG Padang. (http://www.depdiknas.go.id diakses September 2012)




0 komentar:

Posting Komentar